.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Gudang Cerita

selamat datang di mystory dan selamat membaca

Jumat, 18 September 2015

Sesal Dan Harapan


 

Cerpen Karangan: Vian Toyang
Lolos moderasi pada: 14 September 2015
“Sampai kapankah kita, akan bersama?” Tanyaku, pada sesosok wanita cantik, yang ada di hadapanku. Dia hanya tersenyum padaku, sambil menepuk bahuku.
“pertanyaan kamu kok aneh gitu sih?” balasnya.
“kenapa? ada yang salah” lanjutku.
“gak salah sih, tapi kamu kan baru aku terima jadi pacar aku” jawabnya. “masa kamu sudah menanyakan hal sepreti itu” jelasnya.
Ya, aku baru resmi melapas ke jombloanku. Dengan diterimanya aku menjadi pacar bidadariku ini. Betapa senangnya hatiku. Rasanya aku ingin melompat lebih tinggi dari sebuah gunung, saking senangnya hatiku. Aku baru berumur 14 tahun. Dan dialah pacar pertamaku.
Namaku Theodoms Dieris Martevi. Agak aneh kan, seprti nama orang asing. Padahal aku orang indo-asli. Aku biasa dipanggil Doms. Sekarang aku duduk di kelas Sembilan SMP N 1 TNS. sekian perkenalannya. Lanjut cerita, aku pulang ke rumah dengan rasa bahagia yang amat dalam. Saking bahagianya, sampai-sampai, aku salah masuk gang. Di kejar deh, sama pasukan killer. Yaps, anjing-anjing di gang itu. Hehe.
Setiap hari, ku sms pacarku itu. Ya, sosok wanita jelita, yang berani masuk dalam kehidupanku. Ku gombalin dia, ku buat dia tertawa. Pokoknya ku buat dia merasa nyaman dan bahagia bersamaku.
“yang, kamu tahu nggak apa bedanya kamu ama gula?” isi sms yang ku kirim padanya.
“gak tahu say, apa tuh?” balasnya.
“kalau gula manis aja, kalau kamu manis banget” jelasku.
“hmm dasar gombal” jawabnya.
Baik di sekolah maupun lewat sms. Aku selalu bisa membuat dia senang. Aku cowok yang perfect buat dia. Tuturnya saat sedang bercanda denganku. Di taman sekolah, tempat pacaran favorit kami. Aku sangat senang mendengar kata-kata itu. Rasanya aku ingin merekamnya dan memutarnya di speaker besar miliku, setiap saat. Hehehehe. Aku lebay banget. Tapi, itulah aku. Aku ngak bisa membohongi perasaanku. Aku memang sangat senang.
“ahh. Terima kasih Tuhan, telah mengirimkan bidadari cantik ini untukku” Syukurku saat bersama pacarku itu.
Suatu siang yang cerah. Senyum sang mentari, membuatku menjadi gerah. Belaian lembut sang angin menghilangkan kegerahan itu, walau sesaat. Bel tanda istirahat berbunyi, aku segera menuju ke kelas bidadariku itu. Memang, aku tak sekelas dengan dia. Kalau bisa sih, aku mau sekelas sama dia. Tapi, tangan nasib telah berkata lain. Ku cari dia, di ruangan yang dipenuhi dengan keturunan enstein. Ya, dia memang masuk kelas favorit. Tapi tak terlihat sosok yang ku cari. “Taman sekolah! mungkin dia sudah duluan ke sana kali” pikirku sesaat. Ku alihkan haluan ke taman sekolah, tapi, masih tak ku temukan bayangannya. Padahal aku membawa si manis kesayangannya. Tapi bukan hewan, melainkan cokelat caramel lembut, sebagai kado istimewa untuknya.
Setelah beberapa saat mencarinya. Aku menemukannya. Tapi aku terkejut, kesan yang tak pernah ku bayangkan, terjadi. Menemukan dia, sedang bersama seorang cowok. Yang berdiri tepat di sampingnya, sambil membelai rambut indahnya. Yang seharusnya, hanya dibelai olehku. Aku langsung bergegas pergi, bak jet kolet dengan kecepatan penuh. Cokleat yang ada di tanganku. Ku lemparkan di tempat sampah.
“Doms. ini nggak seperti apa yang kamu bayangin” tangan lembutnya berusaha menarik bahuku.
“memangnya kamu tahu, apa yang aku bayangin? mulai sekarang, kita putus.” kataku dengan nada yang agak keras.
Dia melepas bahuku. Dan aku segera pergi meninggalkannya. Ya, aku meninggalkan sosok bidadari yang menatapku. Dengan ekspresi yang seakan tak percaya dengan kata-kata yang ku ucapkan. Hatiku, sudah pasti hancur berkeping-keping seperti kaca yang jatuh ke tanah. Sakit baget rasanya, seperti ditusuk-tusuk jarum.
“apa salahku? kenapa dia tega selinggkuhin aku?” pertanyaan yang muncul di kepalaku. Tetesan demi tetesan cairan bening ke luar dari mataku. Ingin ku tahan tapi tetap saja, ke luar dengan sendirinya. bagai air PAM yang bocor.
Setelah saat itu. Aku tak pernah melihat senyumannya. Tak ada lagi, sms balasan dari sesosok bidadari yang digombalin. Tapi, memang benar, aku tidak pernah melihatnya di sekolah. Hal itu membuat rasa benci padanya, berubah menjadi rasa khawatir akan keadaannya. Akhirnya, aku bertanya pada sosok cowok yang bersamanya saat itu.
“pacar lo mana?”
“pacar? gue nggak punya pacar kok.” jawabnya.
“lah itu, si Popy?” tanyaku lagi. Memang nama mantan pacarku itu adalah Popy.
“ohh lo pacarnya Popy ya? Sorry ya, waktu itu, gue lihat ada debu di rambutnya Popy, jadi gue bersihin deh, gue gak tahu kalau lo bakalan marah”
Mendengar kata-kata itu. Semua gerakanku terhenti, rasanya lemas sekali. Aku tak tahu, betapa bodohnya aku, yang termakan cemburu buta. Segera ku cari Popy. Aku tak mau menyesal untuk ke sekian kalinya. Tapi, aku tak dapat menemukannya di seluruh sekolah. Aku coba pergi ke rumahnya. Aku hanya menemukan seorang pembantu, yang baru datang dari suatu tempat.
“bi. Popynya ada?” tanyaku.
“ohh. non Popy, baru aja Bibi antar ke halte bus, dia mau pulang ke Jogja” jawab Bibi itu.
“Makasih ya bi” balasku. Langsung saja, aku melaju dengan kuda besiku menuju halte.
“Popy. Maafin aku ya” teriakku kepada seorang wanita cantik, yang sedang menunggu bus di halte, yang berada berseberangan dengan tempatku bediri sekarang. Ku lihat senyuman bahagia di wajahnya. Aku tahu, pasti dia telah memaafkanku. Dia kan malaikat. Ya, malaikat yang membuatku terpesona karena senyumannya.
Segera, aku berlari menuju ke arahnya, ya ke arah bidadari cantiku itu. Tak ku sadari, sebuah truk dengan cepat menyambar tubuhku. Semuanya gelap, aku hanya mendengar sebuah suara, ya suara indah dari Popy, yang memanggil namaku.
“pop. Aku cinta ama kamu. Aku ingin selalu bersamamu.” kataku padanya.
“ya kamu nggak boleh ninggalin aku.” tegasnya.
“tapi, mungkin inilah jawaban atas pertanyaanku padamu, saat kamu menerima cintaku, kita hanya bisa bersama sampai saat ini” jelasku.
“tidak Doms. Kamu salah!!” sanggahnya.
“tapi percayalah, aku selalu menunggumu di surga” kataku.
Setelah itu, semuanya hilang. Tak terdengar lagi suara darinya. Mungkinkah, aku sudah mati? aku hanya berharap dapat melihatnya sekali lagi.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar