Air Mata di Balik Senyuman
Karya: Anis Rahma
Email: arahmawati7@gmail.com
“Tuuuutttttt,,,,, “Suara kereta memecah keramaian didalam rangkaian gerbong berjalan ini, detakan roda besi yang berputar diatas baja panjang tak berujung menemani perjalanan ku, menuju kota kelahiranku. Dengan irama pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, dan udara yang pengap semakin membuatku kesal saja.
“Mas,,mau numpang tanya…”
Suara bidadari cantik yang memecah kekesalanku, begitu lembut di dengar.
“iya mbak mau tanya apa?
“kalau mau ke alamat ini, turunnya di stasiun apa ya mas?
Dengan menunjukan secarik kertas kepada ku, akupun melihatnya dengan seksama.
“Oh,,alamat ini sama dengan tujuan saya mbak, nanti mbak bareng aja sama saya, turun di Stasiun Kertosono.”
“maaf mas sudah merepotkan”.
“ahh,, nyantai aja mbak.”
Ya Allah dari mana datangnya bidadari cantik ini, parasnya begitu menawan, balutan kain coklat yang menutupi rambutnya. Wajahnya bak bunga mawar yang mulai mekar, dengan aroma wangi khasnya yang begitu mengodaku untuk ingin tau siapa gerangan.
“Bolehkah saya duduk disini mas?
“Silahkan Mbak.” Jawabku sambil bergeser dari bangku.
Terasa berdenyut kencang jantungku, panas dingin yang ku rasakan. Bidadari duduk di sebelahku, serasa ingin menjerit aaaaaaaaaaaaaa,,,,,, Seneng, grogi, salting semuanya ada pada ku sekarang. Ingin tahu siapa namanya, tapi aku ragu untuk melontarkan kata ku. Rasa gerogi ternyata membuat aku haus, ku ambil botol minuman yang terletak di meja kereta. Aku menawarkan pada Key, gadis cantik yang duduk disebelahku sekarang. Nama aslinya Keyla Kartika mahasiswi Fakultas Pendidikan semester 3 Universitas Negeri Surabaya, dia asli Surabaya, dan mau mengunjungi neneknya yang ada di kota Madiun.
Berharap aku bisa mengenalnya lebih dekat bahkan bisa menyelinap masuk di hatinya. Mungkin itu harapan yang terpendam buat ku.
“dari tadi aku sudah menceritakan tentang ku… sekarang aku ingin tahu tentang kamu? Tanya Keyla terhaadapku.
“ahhh … gak ada yang special dariku,, hehee .”
“emang martabak apa, pake spesial segala…” jawabnya sambil tertawa kecil.
Gila gak menyangka ternyata selain cantik ia humoris juga, benar-benar aku dibuat kagum olehnya.
“oke-oke nama ku Andra Mahardika, aku bekerja di salah satu bank swasta di kota Surabaya, sekarang aku mau pulang ke kampung halamanku di kota Madiun… sudah cukup kan perkenalannya,, sekarang waktunya tidur perjalanan kita masih jauh lo Key,” tegasku
“iya-iya Dra..”
Tak pernah ku sangka kami berdua cepat sekali akrab, dan tak tau mengapa juga aku begitu nyaman dekat dengan dia, padahal masih terbilang beberapa jam saja kami bertemu. Kenapa tangan ini begitu dingin, dan kenapa selalu ada perasaan kagum saat melihatnya. Apalagi saat ia tidur sekarang ini kepolosan terpancar di wajah manisnya. Sungguh cantik dirimu Key, kecantikanmu itu mampu membuat mengalami getaran cinta yang tak dapat terhitung dengan skala Richter. Huhh… aku hanya bisa menghela nafas.
Desiran angin yang masuk lewat jendela kaca, suara gemuruh dari pohon-pohon yang terlewati kereta dengan kecapatan maksimum, seakan menandakan malam semakin mencekam. Tiada lagi suara asongan dan gurauan penumpang dengan penumpang lainya hanya suara angin seram di luar sana. Cahaya mata mulai terasa redup, seakan sudah tak ada daya untuk melihat lagi, terasa penat dan lelah, rusukku terasa rapuh ingin segera rebahan di atas tumpukan kapuk yang nyaman.
Lama sekali tak sampai-sampai, gerutuku sendiri. Bangku penumpang di depanku kosong karena orangnnya sudah turun di stasiun Mojokerto. Aku pindah duduk di depan bangku ku, agar Keyla dapat rebahan dengan tempat yang agak luas. Dari tempat dudukku sekarang semakin jelas olehku melihat wajah yang menawan ini, bertambah tenang saja hatiku.
Hatiku semakin tak karuan semakin lama aku melihatnya semakin tak diragukan lagi kalau aku suka sama dia. Aduhhh … mikir apa sih aku ini mana mungkin aku bisa menyimpulkan kalo aku suka sedangkan aku belum kenal jauh.. dasar Andra,,, lagian dia beluum tentu suka sama kamu… tapi memang aku sadari dia telah membuat aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Tuuuttt…. Bunyi kereta yang membuyarkan lamunanku, Keyla pun terbangun.
“sudah sampai mana Dra?
“bentar lagi sampai Key, siapin dulu barang-barang kamu…”
Tak lama kemudian kereta berhenti di stasiun besar Madiun ini adalah pemberhentian terakhir untuk kereta jurusan Surabaya-Madiun. Aku mengantarkan Keyla mencari becak yang akan mengantarkannya ke alamat yang dituju. Sebelum ia pergi kami bertukar nomor Handphone. Dengan berat hati aku mengucapkan selamat tinggal padanya.
Pertemuan singkat ku dengannya menyimpan sejuta kenangan yang mungkin sulit untuk aku lupakan. Disepanjang perjalananku menuju rumah wajahnya selalu terbayang di benakku, kenapa aku ini,sudah gila kah aku,, ohh TUhan bantu aku. Jeritku dalam hati. Sesampainya dirumah aku langsung mencium tangan ibu ku yang saat itu kelihatan kurang sehat, wanita tua itu semakin kurus saja, aku memandangnya dengan rasa iba, dan sayang sama beliau.
Harta yang paling berharga didunia ini, dialah mentari hidupku, pejuang yang tanggung tak kenal lelah dan perhitungan. Tak terhitung betapa besar pengorbanannya.
Malam harinya ada SMS masuk di Handphone ku, tertulis nama Keyla
“malam Dra… terima kasih ya sudah menolong aku kemarin.”
“iyaa,,, santai aja lagi Key..”
“besok jalan-jalan yukk Dra, aku ingin keliling kota ini tapi gak punya teman, yang aku kenal Cuma kamu aja,,, mau yaa nemenin aku…”
Semakin gerogi aja aku, ada wanita cantik yang mengajakku jalan, untuk pertama kalinya aku jalan sama cewek.
“oke, besok aku jemput di rumah nenek kamu yaa,, jam 8 pagi…”
Keesok harinya dengan semangat aku menjemput dia di rumah neneknya, dengan senyumnya yang manis ia menyambut kedatanganku. Sungguh pemandangan yang indah dia begitu ceria dan sangat-sangat polos. Penampilannya simple tidak banyak gaya seperti anak-anak jaman sekarang.
Setelah berpamitan dengan neneknya kami berdua pun pergi dengan menaiki Yamaha Vixion milikku aku ajak di ke alun-alun kota Madiun. Dia kelihatan senang sekali aku ajak kesini, suasana ramai terlihat disini, banyak orang yang bermain-main dengan keluarga, berkumpul dengan teman-teman, atau sekedar mencari makan, kebetulan ini hari minggu. Aneka makanan Khas Madiun dapat ditemui disini, salah satunya nasi pecel.
Keyla memintaku untuk mengambil gambarnya sekedar dijadikan kenang-kenangan. Tak disangka dia meminta salah satu pengunjung untuk memfoto kami berdua, dengan agak grogi aku menuruti keinginannya, dalam hati aku sebenarnya juga senang sihh… biarpun aku gak tau dia tertarik pada ku atau tidak yang penting aku mulai menyayanginya. Sayangnya kami kenal belum cukup lama jadi aku belum berani untuk menyatakan cintaku.
Senyumnya terpancar saat ia ada anak kecil yang menari di depan kami, dia mencubit pipi gadis mungil itu.
“eehhhmmm… kamu manis sekali sayang...” Ucapnya pada gadis mungil itu.
“Key… pindah yuk, aku tunjukin kamu tempat yang indah lagi,,, mau gak? Ajakku sambil bergurau
“Kemana Dra.. disini juga asikk kok”
“ayooo… ikut ajalah, pasti kamu bakalan kagum deh” Pinta ku sambil meyakinkannya.
“oke dehh…capcuzz..”
Dengan mengendarai roda dua bermesinku kami meluncur menuju tempat yang menurutku indah. Setengah jam perjalanan dari alun-alun kami sampai di tempat yang begitu menajubkan biasanya anak-anak Madiun menyebutnya Bukit Bintang, daerah perbukitan di kawasan Gunung Willis. Kekuasaan Tuhan memang paling indah.
“wooowww,,,, indah sekali Dra, sumpah baru kali ini aku melihat tempat yang paling indah seperti ini”
“hehe, iya Key ini adalah tempat terindah yang tak bisa ditemui di tempat lain, ketika aku masih sekolah dulu sering banget ke tempat ini, sekedar melihat gemerlapan lampu-lampu di lereng-lereng bukit, disini begitu telihat jelas Key, tak perlu menunggu langit cerah untuk melihat bintang bersinar, kesejukan di tempat ini mendamaikan hati, menyendiri dan merefres pikiran, ingin sekali rasanya aku selamanya disini, penuh kedamaian dan keindahan… Ehh,, sory jadi curhat sama kamu nihh…”
“ahh,, gak masalah Dra curhat aja lagi kalau kamu ada masalah, atau kamu sedang butuh teman hubungi saja aku,,, sebisa mugkin aku akan selalu ada buat kamu Dra, kita kan sahabat, masa sesama sahabat gak saling bantu sihh…”
“Ya sudah ayo pulang nanti kamu dicariin nenek”
Aku mengajaknya pulang karna memang hari beranjak larut, di sepanjang perjalan hanya suasana sepi yang kami temui, suara saut-sautan jangkrik yang terdengar. Karena memang daerah tempat tinggalku masih berupa pedesaan, jauh dari keramaian kota hanya sedikit kendaraan yang melintasi jalan-jalan di pedesaanku.
Sesampainya di depan rumahnya Keyla, aku berpamitan untuk segera pulang tak enak kalau dilihat penduduk sekitar, saat aku mau pulang Keyla.
“Dra,jangan pergi dulu..!
“Ada apa Key?
“Aku cuma mau ngasih tau kamu, kalo besok pagi aku mau balik ke Surabaya, terima kasih ya sudah menyisihkan sedikit waktu untuk menghiburku, aku tak tau kenapa kamu begitu baik padaku, aku merasa nyaman saat dengan kamu Dra,mungkin ini karena kamu teman terbaikku Dra… ya sudah pulang sana, thanks yaaa…”
Terdiam sejenak diriku mendengar kata-katanya, sungguh dia wanita yang baik hati, tapi sayangnya dia hanya menganggapku teman, padahal aku berharap bisa jadi bagian di hatinya. Tak apalah yang penting aku bisa melihat ia tersenyum saat bersamaku, biarpun hanya terjalin hubungan pertemanan aku sangat-sangat bersyukur dapat mengenalnnya, dan bisa menyayanginya setulu hatiku.
Cinta memang sebuah ilusi, cinta bisa datang kapanpun,dimanapun dan untuk siapapun. Begitu pula cintaku telah berlabuh padanya, tapi cintaku tak berpengharapan, hanya sekedar mengasihi tanpa dikasihi. Inilah cintaku tak lebih dari ilustrasi semata.
Keesok harinya aku ingin sekali mengantarnya ke Stasiun, aku menghampiri Keyla di rumah neneknya. Tetapi saat aku tiba disana terlihat mobil ambulan yang parkir di pekarangan rumah Nek Piah. Karumunan orang-orang menghalangi pandanganku untuk mengetahui siapa yang sakit, sampai-sampai mobil ambulan menjemputya. Jangan-jangan Nek Piah sakit lagi kerena beberapa waktu lalu dia sempat dirawat inap dirumah sakit, itulah yang aku tangkap dari cerita Keyla kemarin.
Akupun mendekati kerumunan itu, sosok tubuh mungil dibopong oleh dua orang perawat rumah sakit menggunakan tempat tidur beroda. Matanya terlihat sayup, wajahnya putih pucat, dengan lekungan cokelat di sekitar matanya, terlihat tak berdaya, tebaring lemah, dia membungkamkan bibirnya menahan rasa sakit yang begitu amat sangat. Keyla… apa yang terjadi pada gadisku?
Ambulan berangkat membawa Keyla menuju rumah sakit dengan ditemani Nek Piah. Aku membuntutinya dari belakang dalam hati tersimpan banyak pertanyaan. Dia dibawa ke ruang IGD, aku menunggunya di luar bersama nenek dan kedua orang tuanya.
“Sudah lama ia mengidap penyakit leukemia, sejak kecil dia memang sakit-sakitan, kami sekeluarga bersukur karena Keyla bisa bertahan hidup dari penyakitnya itu sampai sekarang, ia tak pernah sedikitpun mengeluh, dia tetap terlihat tegar menghadapi penyakitnya. Dia memang gadis yang ceria, gadis yang kuat bahkan dia jarang menangis. Kami sekeluarga tak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyembuhkan penyakitnya, bahkan Keyla tidak mau saat kami ingin membawanya ke luar negeri untuk berobat. Katanya malah buang-buang biaya saja. Saat liburan ia ingin sekali mengunjungi neneknya. Dengan berat hati kami mengizinkannya pergi seorang diri, dia juga ingin merasakan naik kereta api. Satiap saat ia telpon dan menceritakan pengalamannya selama disini, dan juga tentang kamu nak Andra, dia merasa bahagia saat bersama kamu, saya turut bahagia mendengar ceritanya dan tak terbayangkan jika dia cerita dihadapan saya, terima kasih nak Andra.”
Cerita orang tua Keyla membuatku ingin meneteskan butiran mutiara bening. Tapi aku harus kuat jangan sampai Keyla mengetahui kesedihanku.
Sudah tiga hari Keyla tak sadarkan diri, dia terbaring lemah di tempat tidur rumah sakit. Aku menunggu kabarnya dirumah, karena memang aku tak bisa menungguinya setiap hari. Malam ini begitu sepi, selayaknya rembulan yang ada di atas sana tanpa ditemani sinaran bintang, tak lengkap rasanya.
Kusadari terasa hampa tanpa tawanya, dengan gitar kesayanganku ku menuangkan kesedihanku lewat lagunya Sammy Simorangkir. Engkau masih yang terindah, tinggal di dalam hatiku… belum selesai ku bersyair Handphoneku berbunyi, “hallo Andra,, ini ibunya Keyla, dia sudar sadar dan menanyakan kamu, kalau ada waktu tolong datang kerumah sakit”
Tanpa berpikir panjang aku langsung meluncur ke rumah sakit di ruang Delima Keyla dirawat inap, aku melihat dirinya begitu lemah tak berdaya, terlihat senyum berat saat aku datang. Sekuat mungkin aku menahan tangis, berusaha tetap ceria di depan dia.
“hai.. apa gimana keadaanmu?
“baik… kamu sendiri gimana?
“aku juga baik Keyla…”
“Mah… Keyla pengen ngobrol berdua sama Andra” ucapnya lirih ke mamanya
“iyaa.. sayang mama keluar yaa..”
Aku tak tahu apa yang akan dikatakan Keyla, nafasnya begitu berat, matanya sayup, wajahnya pucat.
“Andra… kamu baik banget, kenapa kamu mau menemaniku selama beberapa hari ini”
“udah ah.. diem aja kamu, istirahat aja jangan banyak ngomong yaaa..”
“aku serius Dra…”
“iya dehh… terus apa yang kamu ingin tahu dari ku Keyla?
“aku ingin tahu semuanya apa yang kamu rasain ke aku, karena jujur aku merasa nyaman dengan kamu Dra, aku merasa bahagia, Dra… aku sangat ingin bersama kamu, melewati hari-hariku bersama kamu, menjalani sisa hidupku dengan kamu, meski kita belum lama kenal tapi aku yakin sama kamu Dra,kamu adalah orang yang bisa membuatku bahagia kamu mampu membuat akhir hidupku lebih berkesan indah, tapi aku begitu lemah, aku tak memberanikan diriku untuk lebih menyayangi kamu dan nantinya akan menyakiti kamu, aku tak berdaya untuk mencintai kamu. Hidupku sudah sudah menemui ajalnya,”
“huss,,, diem deh ngomong apa sih kamu Key. Keyla cinta itu tulus datangnya dari hati, aku menyayangi kamu sepenuh hatiku, aku gak peduli siapa kamu, kayak apapun keadaan kamu aku akan tetap sayang sama kamu, selama aku mengenal kamu, kamulah pelita hidupku Key, cinta gak hanya ketertarikan semata tapi cinta benar-benar melekat erat dalam jiwa. Key aku mencintaimu, sekalipun kamu tak mencintaiku aku akan tetap cinta sama kamu, kerena cintaku tak bersyarat pada kamu Key meskipun aku belum lama kenal sama kamu, bahkan bisa dibilang masih singkat waktu kita bertemu dan bersama tapi aku merasa sudah lama mengenalmu bahkan aku tak canggung saat bersama kamu, aku sangat bahagia bersama kamu, dan aku ingin selalu buat kamu bahagia.”
“aku gak bisa bertahan lebih lama lagi Dra, hanya rasa sakit yang aku rasakan sekarang, aku gak tahu berapa detik lagi aku dapat bertahan, andai saja aku punya sejuta nyawa untuk melawan rasa sakit ini, akan ku perjuangkan untuk kamu, maafkan aku Dra, aku tidak bisa membalas rasa sayang kamu meski aku begitu merasakannya juga. Dra maukah kamu berjanji padaku, berjanjilah kamu tidak akan pernah meneteskan air mata, aku mohon Dra, mungkin ini permintaan terakhirku.”
Aku semakin terpukul melihatnya terbaring lemah, Tuhan… jangan siksa dia dengan penyakit itu, betapa menderitanya dia.
“Andra… kamu jangan pergi yaa, aku mau tidur sebentar.” Ucapnya lirih dengan mata yang semakin sayup.
“iyaa… aku akan disini menemani kamu.”
***
Dalam senja yang sejuk segrombolan orang mengelilingi gundukan tanah merah dengan taburan bunga-bunga yang semerbak harumnya, sederetan doa di panjatkan untuk orang tersayang. Di pekarangan yang luas ini banyak orang yang istirahat selamanya menjalani hidupnya di dunia.
Tak akan di temui gemerlapan lampu duniawi, kehidupan surgawilah yang menjadi tujuan mereka sekarang. Matahari telah hampir terbenam dibalik gunung. Bernyala-nyala rupa mega diwarnai. Di lembah-lembah dan di lereng telah turun kekaburan senja, tetapi puncak-puncak yang mejulang kelangit merah membara turut menyanyikan laguan warna.
Di seluruh tanah yang hijau di kaki pegunungan ini, sunyi senyap seolah-olah ia tiada hendak mengusik ketentraman orang beristirahat dengan tenang disitu. Hanya kicauan burung emprit yang mengiringi kesunyian di rumah akhir manusia itu.
Kesedihan yang ku rasakan selama seminggu terakhir ini tak dapat melepaskan bayangan Keyla di mata ini. Setiap kali ku panjatkan doa di atas gundukan tanah merah ini perih mata ini menahan paksaan air mata yang memberontak keluar. Aku tidak boleh meneteskannya di hadapan Keyla, karena aku sudah berjanji padanya saat ia terbaring di rumah sakit.
Keyla akan ku bawa kenangan bersamamu di setiap langkahku. Bersama denganmu ku akan belajar lebih tegar menghadapi hidup ini. Senyummu tak akan pernah aku lupakan, kerena bagiku dirimu hanya satu di hatiku. Aku akan melewati hariku dengan penuh keceriaan tanpa tangis dan keluhan seperti saat kamu menghadapi keganasan penyakit itu.
Selamat tinggal Keyla… semoga kamu senantiasa bahagia dan tersenyumlah disisi-Nya.
Akukan selalu mendoakan dirimu disini, dan senantiasa menepati janjiku kepadamu.
Diseluruh tanah pegunungan itu malam telah mulai menyiratkan gelapnya. Mega hanya tinggal keabu-abuan dan disana-sini masih tampak kekabur-kaburan warna ungu lembayun, laksana jejak cahaya matahari yang telah turun dibalik gunung perkasa yang biru hitam rupanya. Dilangit bertambah banyak kelihatan bintang kemilau mengerlip memandang dunia.
Ku menatap duniaku di depan mata
Dengan senyuman dan kenangan..
Dunia kita tepisah jauh..
Tak ada lagi canda tawamu..
Harapan pupus terbawa hembusan angin..
Senyuman indah itu gugur bersama dengan daun-daun di musim kemarau..
Tak ada lagi pelita hidup yang ku idamkan..
Sang pujaan telah berpulang kehadapan Ilahi..
Suatu saat nanti ku akan menemani mu disisi-Nya..
Untuk menyelesaikan cerita cinta yang tertunda…
Air mata dibalik senyuman… ( in memory 05-05-08 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar