Bukan Hanya Sekedar Teman
Biasa
Cerpen Karangan: Nikasius Meki
Lolos moderasi pada: 4 September 2015
Di tengah-tengah keheningan malam itu, terdapat tiga orang pria yang lagi
asyik berbincang-bincang mereka adalah Jontik Asa dan Losi. Kita sudah tamat di
bangku SMP.
“Bagaimana untuk melanjutkan ke jenjang SMA-nya kawan-kawan?” Ungkap
jontik.
“Ya, menimbang kondisi orangtua kita kurang mampu untuk membiayai ke SMA” lanjut Asa.
“Begini kawan-kawan!” Tak ketinggalan juga si Losi, “kita kan masing-masing punya pohon karet, bagaimana kalau kita bersama-sama norehnya dan hasilnya kita bagi sama-sama? kita cukup SMA di kecamatan ini saja -kampung mereka sendiri.”
“Wah, ide yang bagus itu,” dengan serentaknya Jontik dan Asa. Kita bertiga ini, tidak pernah pisah dari masa kecil hingga kini.
“Ya, menimbang kondisi orangtua kita kurang mampu untuk membiayai ke SMA” lanjut Asa.
“Begini kawan-kawan!” Tak ketinggalan juga si Losi, “kita kan masing-masing punya pohon karet, bagaimana kalau kita bersama-sama norehnya dan hasilnya kita bagi sama-sama? kita cukup SMA di kecamatan ini saja -kampung mereka sendiri.”
“Wah, ide yang bagus itu,” dengan serentaknya Jontik dan Asa. Kita bertiga ini, tidak pernah pisah dari masa kecil hingga kini.
Singkat kata, pada saat duduk di bangku SMA. Pagi-pagi buta sekitar jam
04.00, kami sudah pergi bersama-sama ke kebun karet yang kami miliki. Kebun
karet yang kami toreh tersebut, tiap harinya secara bergiliran kami menorehnya.
Dan, pada saat dijual hasilnya kami bagi rata, biasanya per 1 bulan mencapai
200 kg. Pun, kami noreh tidak tiap hari, sabtu dan minggu kami istirahat ikut
kegiatan di gereja. Dengan harga karet Rp. 10.000 per kg kami memetik hasil ±
Rp. 2.000.000 per bulannya. Jadi, masing-masing dapat sekitar 600 ribu rupiah.
Kita bayar ke sekolah 50 ribu per bulan. Sisanya, Rp. 300.000,- kita tabungkan
dan Rp. 250.000 nya lagi untuk jajan tiap harinya di sekolah.
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari sepulang dari sekolah, setelah
selesai makan siang kami belajar bersama dengan mengulang materi ajar yang
diberikan oleh Bapak dan Ibu Guru di sekolah. Ini setelah itu, kami bertiga
tidur siang untuk mengistirahatkan segala aktivitas yang telah kami lakukan.
Sore harinya, kami pergi ke hutan sambil bawa ketapel cari binatang yang ada di
hutan.
Pulangnya, kami bawa sayur yang dipetik di hutan, dan kayu api untuk masak
di rumah. Paling seru lagi pada saat musim buah, kami bertiga sepulang dari
sekolah pergi ke hutan untuk cari buah di kampung tembawang yang kami miliki.
Kampung tembawang ini peninggalan nenek moyang dahulu memang betul-betul
ditanam dan dirawat hingga kini. Sebagai ucapan terima kasih kepada sang
pencipta, baik sebelum dan sesudahnya orang kampungku selalu melakukan upacara
adat.
“Ayo kita bantu orang para orang tua cari bahan-bahan di hutan untuk keperluan beradatnya,” ungkap si Jontik mengajak kedua orang temannya.
“Ayo kita bantu orang para orang tua cari bahan-bahan di hutan untuk keperluan beradatnya,” ungkap si Jontik mengajak kedua orang temannya.
Bambu, aneka pohon kayu hutan, rotan, daun-daunan hutan kami pikul
bersama-sama orang tua. Dalam perjalanannya, Jontik tiba-tiba bilang kepada
orang tua di sampingnya.
“saya merasa bangga memiliki kekayaan hutan ini Pak! Mudah-mudahan kondisi
ini tidak pernah berubah sampai anak cucu kami nantinya,” tegasnya.
Cukup, pengalaman dari ilegal logging yang pernah terjadi sebelumnya ya!” Ungkap si Asa.
“Kayu-kayu alam yang merupakan kayu-kayu kelas satu diambil habis-habisan. Namun, apakah persoalan dan atau perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita sekarang?” Tegas Asa “Sehingga, belajar dari itu jangan pernah termakan bujuk rayu atau janji manis ketika pengusaha dalam bentuk apapun datang ingin mengambil alih hutan dan lahan kita yang ada.”
“Ya, apalagi pengalaman yang ada di tempat lain yang biasa ditayangkan, perusahaan-perusahaan yang ada bukan malah menyelesaikan masalah, namun malah menambah masalah!” Ungkap si Losi.
Cukup, pengalaman dari ilegal logging yang pernah terjadi sebelumnya ya!” Ungkap si Asa.
“Kayu-kayu alam yang merupakan kayu-kayu kelas satu diambil habis-habisan. Namun, apakah persoalan dan atau perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita sekarang?” Tegas Asa “Sehingga, belajar dari itu jangan pernah termakan bujuk rayu atau janji manis ketika pengusaha dalam bentuk apapun datang ingin mengambil alih hutan dan lahan kita yang ada.”
“Ya, apalagi pengalaman yang ada di tempat lain yang biasa ditayangkan, perusahaan-perusahaan yang ada bukan malah menyelesaikan masalah, namun malah menambah masalah!” Ungkap si Losi.
“Terjadi konflik antar warga sendiri, kerusakan lingkungan kita,
pengambilan hak-hak masyarakat adat, dan gejala sosial lainnya malah terjadi,
dan kita menjadi buruh di tanah kita sendiri. Kemudian tidak terlepas juga
runtuhnya peradaban kita, akibat pergeseran hutan dan lahan. Kalau hutan dan
lahannya sudah habis yang ada perayaan-perayaan adat kita lakukan tinggal
sebatas kamuflase saja!” Tegas si Losi.
“Iya! betul itu,” jawab oleh bapak Domong, “Mari kita tetap lestarikan hutan
kita, agar identitas kita tidak hilang. Orang-orang seperti kalian inilah
sebagai penerus yang kami harapkan. Kita sudah lama hidup dan tinggal di tempat
ini, kita sudah lama merawat dan menjaga hutan kita ini. Jangan berpikir jangka
yang pendek, berpikirlah dengan jangka waktu yang panjang. Hutan, lahan dan
sumber daya alam kita yang ada ini kalau dikelola secara baik, adil, dan
berkelanjutan mampu menghidupi masyarakat yang ada.”
Cerpen Karangan: Nikasius Meki
Facebook: lamantembawang.blogspot.com
diambil : http://cerpenmu.com/cerpen-inspiratif/bukan-hanya-sekedar-teman-biasa.html
Facebook: lamantembawang.blogspot.com
diambil : http://cerpenmu.com/cerpen-inspiratif/bukan-hanya-sekedar-teman-biasa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar