BMW
Perawakannya sedang, kulitnya sawo matang, matanya bundar, punya lesung pipi kalau tersenyum, hidungnya mancung dan berbibir tipis, kesimpulan? Cowok yang ada di barisan depan dekat mimbar mesjid itu membuat Noni kesengsem. Dia sedang ngobrol dengan marbot mesjid yang notabene Kakeknya. Desas-desus yang menyatakan kalau saudara jauhnya yakni anak Kakak tiri Ayah Noni yang nyantri di pondok pesantren terkenal di Garut akan datang, benarlah sudah.
Sore itu Deden nama panggilannya diundang untuk mengisi pengajian di mesjid Al Falah, tempat Noni mengaji. Noni yang seumur hidupnya belum pernah naksir cowok, kepincut Deden karena keluarga Ayahnya selalu menceritakan prestasi Deden di pesantren, dia langganan juara umum dan terpilih sebagai ketua terbaik untuk angkatannya. Dia sosok calon menantu idaman para Ibu-Ibu pengajian termasuk Ibu Noni.
“udaaah jangan dilihatin terus, ntar gosong tahu kayak terasi.. hihi” suara Sri membuyarkan fantasi Noni.
“inget non, kita kan lagi ngaji” tambah Sri sambil menyenggol pundaknya.
“iya sih, tapi gak nyangka kalau aslinya cute banget!” Noni menimpali dengan semangat sambil sesekali melirik pada Deden. Noni yakin kalau Deden adalah jodoh yang diturunkan Tuhan untuknya.
“Ehm!” deheman Nadia sang Bibi terdengar, membuat Noni terdiam.
“Lagi pengajian malah ngelaba, dosa tahu! Sana, beresin sandal para tamu” perintahnya.
Noni manyun, dia merasa gak berdosa kalau pikirannya gak konsen, semuanya kan salah wajah Deden yang cakepnya keterlaluan.
“ntar Bibi salamin” sambung Nadia, sok cool. Dia dengan Deden emang saudara dekat.
“bener? Asyiik!!” teriak Noni senang, saking kerasnya semua yang hadir di mesjid meliriknya, Noni langsung memasang muka polosnya.
“inget non, kita kan lagi ngaji” tambah Sri sambil menyenggol pundaknya.
“iya sih, tapi gak nyangka kalau aslinya cute banget!” Noni menimpali dengan semangat sambil sesekali melirik pada Deden. Noni yakin kalau Deden adalah jodoh yang diturunkan Tuhan untuknya.
“Ehm!” deheman Nadia sang Bibi terdengar, membuat Noni terdiam.
“Lagi pengajian malah ngelaba, dosa tahu! Sana, beresin sandal para tamu” perintahnya.
Noni manyun, dia merasa gak berdosa kalau pikirannya gak konsen, semuanya kan salah wajah Deden yang cakepnya keterlaluan.
“ntar Bibi salamin” sambung Nadia, sok cool. Dia dengan Deden emang saudara dekat.
“bener? Asyiik!!” teriak Noni senang, saking kerasnya semua yang hadir di mesjid meliriknya, Noni langsung memasang muka polosnya.
Tiga gadis tersebut bersaudara dan bersahabat sejak kecil. Nadia dan Sri terkenal dengan kulit putih dan wajah cantik, sedang Noni sebaliknya, bukan jenis cewek yang kalau lewat laki-laki langsung melirik. Satu-satunya yang membuat Noni terkenal adalah otaknya. Bagi Noni cantik fisik bukan segalanya, yang penting selalu juara dan hati bening, statement defensive dari kaum Noni yakni kaum BMW -body mengalahkan wajah.
Satu jam kemudian mesjid tambah penuh karena para Ibu yang datang untuk pengajian mingguan. Wajah Noni tambah sumringah ketika baru mengetahui bahwa yang menjadi narasumbernya adalah orang yang belakangan membuat hatinya berdesir seperti kain di garuk sisir. Noni lalu bergegas ke luar untuk merapikan sandal-sandal jamaah agar tidak berantakan dan hilang. Ketika sedang menata sandal, tiba-tiba Noni dihampiri dua kaum adam berwajah manis, Rendra anak sang juragan mangga, dan Ivan anak kepala kampung. Hanya cewek gobl*klah yang menolak di sunting cowok-cowok tajir tersebut, dan Noni menyadari harapannya untuk disunting seperti pungguk merindukan Pluto.
“Assalamualaikum, Non maaf ganggu” Rendra menegur sopan.
“Waalaikum salam” jawab Noni enteng, setelah semakin menyadari perbedaan tersebut, hati Noni netral banget bahkan cenderung cuek melihat Rendra, padahal wajahnya perpaduan Jhonny Depp dan Azis gagap.
“Maaf, saya mau titip ini” ucapnya dengan wajah memerah, “buat Nadia” tambahnya makin tersipu.
“Waalaikum salam” jawab Noni enteng, setelah semakin menyadari perbedaan tersebut, hati Noni netral banget bahkan cenderung cuek melihat Rendra, padahal wajahnya perpaduan Jhonny Depp dan Azis gagap.
“Maaf, saya mau titip ini” ucapnya dengan wajah memerah, “buat Nadia” tambahnya makin tersipu.
Noni menerima amplop berwarna pink dengan hiasan kupu-kupu, berbau Gatsby. Hati Noni geli, akhirnya Rendra menunjukkan kejantanannya.
“jangan bilang siapa-siapa ya” bisik Rendra malu.
“udah belon sih?!” tanya Ivan tak sabar pada Rendra, dia melirik Noni 0.5 detik dan langsung membuang muka. Reflek Noni meraba mukanya, apa ada yang tidak proporsional? Perasaan mata, hidung dan bibirnya sudah ada pada tempat yang semestinya, atau jangan-jangan ada upil yang nongol dari hidungnya kali.
“Kami pergi dulu Non, makasih ya” ucap Rendra tersenyum manis. Ivan pun buru-buru ngeloyor tanpa melirik. Noni garuk-garuk pipinya yang tak gatal, dari semua ikhwan masjid, Ivanlah yang paling jutek padanya. Entah kenapa.
“jangan bilang siapa-siapa ya” bisik Rendra malu.
“udah belon sih?!” tanya Ivan tak sabar pada Rendra, dia melirik Noni 0.5 detik dan langsung membuang muka. Reflek Noni meraba mukanya, apa ada yang tidak proporsional? Perasaan mata, hidung dan bibirnya sudah ada pada tempat yang semestinya, atau jangan-jangan ada upil yang nongol dari hidungnya kali.
“Kami pergi dulu Non, makasih ya” ucap Rendra tersenyum manis. Ivan pun buru-buru ngeloyor tanpa melirik. Noni garuk-garuk pipinya yang tak gatal, dari semua ikhwan masjid, Ivanlah yang paling jutek padanya. Entah kenapa.
Deden memulai ceramahnya. Noni langsung beranjak ke dalam masjid untuk memberikan surat Rendra pada Nadia. Sri langsung berkicau ketika melihat surat pink di tangan Nadia, Bibi Noni yang cantik itu menunjukkan wajah shock seperti baru menangkap duren yang dilempar Noni diatas pohon, dipandangnya surat beberapa detik.
“saya gak percaya” ucapnya dengan tampang so-cool lagi.
“Bibi gimana sih, buka aja kalau gak percaya. Udah dibilang itu dari anak juragan mangga.” Ucap Noni.
“tapi…” suara Nadia masih ragu.
“udah ah, Noni mau khusyu nih dengerin someone ceramah” jawab Noni sewot.
“ayo dong Nad buka, cepat buka! tebakanku pasti isinya puisi picisan, Rendra pasti plagiat karya Rabindrath Tagore” kicau Sri.
“apaan tuh? jenis baru batagor?” tanya Nadia dengan wajah polos, membuat Noni menahan tawanya.
“saya gak percaya” ucapnya dengan tampang so-cool lagi.
“Bibi gimana sih, buka aja kalau gak percaya. Udah dibilang itu dari anak juragan mangga.” Ucap Noni.
“tapi…” suara Nadia masih ragu.
“udah ah, Noni mau khusyu nih dengerin someone ceramah” jawab Noni sewot.
“ayo dong Nad buka, cepat buka! tebakanku pasti isinya puisi picisan, Rendra pasti plagiat karya Rabindrath Tagore” kicau Sri.
“apaan tuh? jenis baru batagor?” tanya Nadia dengan wajah polos, membuat Noni menahan tawanya.
—
“Kami sudah melakukan musyawarah mufakat, suara yang didapat sudah mencapai 1 per 3 dari seluruh jumlah peserta, dan kami memutuskan dalam drama ini yang berperan menjadi Raja Setan adalah Noni!” teriak Nadia semangat dalam rapat paripurna putri mesjid Al Falah.
Tepuk tangan langsung menggema seperti pemilihan ketua RT. Drama Agustusan kali ini anak masjid Al Falah membuat cerita tentang ulama yang sangat alim yang dapat dijerumuskan setan melalui minuman keras. Meskipun membuat orang lain bahagia, sebenarnya hati Noni agak nelangsa, karena semua sepakat dengan menyatakan wajahnya sangat cocok untuk jadi raja setan. Tapi hatinya mulai terobati saat Sri terpilih menjadi asisten dirinya sebagai Setan Hijau, sedang Nadia terpilih menjadi Ulama yang alim tersebut.
“Pokoknya kita jangan sampai kalah Non dengan penampilan dari RT lain, ini baca scriptnya” rayu Nadia,
Bibir Noni masih manyun saat membaca script dengan perlahan, lalu senyum Noni mulai tersungging, lama-kelamaan Noni tertawa terbahak-bahak, Noni sampai sakit perut membayangkan ceritanya sekaligus aktingnya nanti. Kalau urusan drama lucu kayak gini memang dia jagonya.
“oke Bibi, saya akan lakukan acting dengan sempurna seperti apa Raja Setan itu hahaha” teriak Noni dengan mata berkilat-kilat membara.
“Pokoknya kita jangan sampai kalah Non dengan penampilan dari RT lain, ini baca scriptnya” rayu Nadia,
Bibir Noni masih manyun saat membaca script dengan perlahan, lalu senyum Noni mulai tersungging, lama-kelamaan Noni tertawa terbahak-bahak, Noni sampai sakit perut membayangkan ceritanya sekaligus aktingnya nanti. Kalau urusan drama lucu kayak gini memang dia jagonya.
“oke Bibi, saya akan lakukan acting dengan sempurna seperti apa Raja Setan itu hahaha” teriak Noni dengan mata berkilat-kilat membara.
—
Beberapa malam kemudian, dua sahabat Noni tiba-tiba datang ke rumah dan berhamburan memeluknya, wajah keduanya sumringah dan berbinar-binar, Noni jadi heran
“Selamat ya Non, akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba, yang dinanti-nanti akhirnya terbukti, yang diharap-harap akhirnya menjawab” peluk Sri, penyakit puitisnya kambuh.
Bibinya menimpali dengan semangat.
“sebenarnya Bibi sudah menyampaikan salam kamu kemarin, dan coba tebak?! Deden akhirnya menjawab salam kamu! dan dia ngajak ketemuan malam ini ba’da maghrib, di rumah Bibi! Yeaah!” Nadia dan Sri berteriak kegirangan.
Noni terpaku, bengong dan shock.
“HAH?!! jangan becanda ya, gak lucu!!” ucap Noni, dan entah mengapa, matanya memanas, masih tidak percaya dengan yang didengarnya tapi sebuah buliran air mata mulai menggenang di wajah Noni.
Sri memeluknya,”serius Non, dia pengen ketemu sama kamu”
“Selamat ya Non, akhirnya pucuk dicinta ulam pun tiba, yang dinanti-nanti akhirnya terbukti, yang diharap-harap akhirnya menjawab” peluk Sri, penyakit puitisnya kambuh.
Bibinya menimpali dengan semangat.
“sebenarnya Bibi sudah menyampaikan salam kamu kemarin, dan coba tebak?! Deden akhirnya menjawab salam kamu! dan dia ngajak ketemuan malam ini ba’da maghrib, di rumah Bibi! Yeaah!” Nadia dan Sri berteriak kegirangan.
Noni terpaku, bengong dan shock.
“HAH?!! jangan becanda ya, gak lucu!!” ucap Noni, dan entah mengapa, matanya memanas, masih tidak percaya dengan yang didengarnya tapi sebuah buliran air mata mulai menggenang di wajah Noni.
Sri memeluknya,”serius Non, dia pengen ketemu sama kamu”
Lutut Noni lemas, dia merasa sedang mimpi, Deden yang manis itu menjawab salamnya, harapan Noni melambung tinggi, gugup sekaligus senang campur aduk. Jantung Noni deg-degan gak jelas, kayak bedug yang ditabuh waktu takbiran, dag-dig-dug-dag-dig-dug, rasanya jantung melorot ke lututnya, lututnya pun gemetaran, mau ketemu cowok yang dia sukai aja udah kayak gini kondisinya, apalagi ketemu sama calon suami nanti, pingsan kali dia.
Noni pun tiba di depan rumah Bibinya. Rumah Nadia cukup luas, ruang tamu terpisah dengan ruang makan. Ruang makan itulah yang jadi tempat pertemuan mereka, untuk menghilangkan gugupnya, Noni mencoba membaca istighfar sambil memeriksa giginya khawatir ada sisa cabe nyelip. Akhirnya Deden memasuki ruangan ditemani Bibinya, Noni langsung berdiri dan tersenyum anggun. Deden mengenakan baju koko berwarna krem, warna kesukaan Noni, matanya kemudian melihat ke arah Noni, hati Noni langsung lumer.
“Assalamualaikum” Noni menyapa. Entah mengapa raut muka Deden tiba-tiba berubah, dia pun tidak menjawab salam Noni.
“oh jadi ini yang namanya Noni?” ucapnya dengan melempar pandangan ke arah lain.
Noni terpaku, bukan karena salamnya tidak dijawab, tapi melihat raut muka Deden yang sama sekali tidak menyenangkan, wajahnya pun dipalingkan ke arah lain pura-pura tidak melihat.
“hehe iya Den, ini Noni yang Nadia ceritakan, Noni pengen ta’arufan katanya, sekalian belajar islam lebih dalam. Oh ya saya ambil minuman dulu sebentar ya” ucap Nadia sambil lalu. Suasana langsung senyap, Noni kikuk dan melihat Deden yang bergeming, dia sama sekali tidak melihat Noni
“oh jadi ini yang namanya Noni?” ucapnya dengan melempar pandangan ke arah lain.
Noni terpaku, bukan karena salamnya tidak dijawab, tapi melihat raut muka Deden yang sama sekali tidak menyenangkan, wajahnya pun dipalingkan ke arah lain pura-pura tidak melihat.
“hehe iya Den, ini Noni yang Nadia ceritakan, Noni pengen ta’arufan katanya, sekalian belajar islam lebih dalam. Oh ya saya ambil minuman dulu sebentar ya” ucap Nadia sambil lalu. Suasana langsung senyap, Noni kikuk dan melihat Deden yang bergeming, dia sama sekali tidak melihat Noni
“hm.. saya dengar kang Deden terpilih lagi jadi siswa terbaik, katanya juga mau lulus tahun ini ya?” tanya Noni basa-basi.
“iya sih, mudah-mudahan” jawabnya pendek, kali ini dia menunduk.
“oh kalau gitu selamat ya, kang Deden memang hebat” ucap Noni garing.
Deden tidak menjawab apa-apa.
“iya sih, mudah-mudahan” jawabnya pendek, kali ini dia menunduk.
“oh kalau gitu selamat ya, kang Deden memang hebat” ucap Noni garing.
Deden tidak menjawab apa-apa.
Hati Noni makin tidak enak, wajah Deden terlihat masih kaget, prasangka Noni malah timbul ternyata wanita yang ingin ngajak kenalan denganya jeleknya minta ampun, tidak seperti yang diharapkan. Deden sama sekali tidak melihat Noni. Dia malah melihat arloji lalu mengambil HP di sakunya dan membuka-buka HP-nya. Noni terdiam, dia tidak tahu harus bicara apa lagi. Hati Noni lega begitu Nadia masuk bawa minuman.
“Gimana ta’arufnya?” tanya Nadia, Noni nyengir kuda.
Akhirnya Deden buka suara, “kayaknya saya gak bisa lama-lama, banyak urusan, saya pergi duluan ya, hmm.. maaf, tadi namanya siapa ya?”
Lenyaplah kepercayaan diri Noni, mulutnya terkunci.
“namanya Noni, Den” jawab Nadia pelan. Deden pun berlalu tanpa salam.
Noni terdiam sejenak, menunduk lalu berujar.
“makasih udah bantu Noni, tapi mendingan lain kali gak usah repot-repot salamin Noni dengan cowok manapun, maaf ya Bi, saya pulang dulu, Assalamualaikum..”
Akhirnya Deden buka suara, “kayaknya saya gak bisa lama-lama, banyak urusan, saya pergi duluan ya, hmm.. maaf, tadi namanya siapa ya?”
Lenyaplah kepercayaan diri Noni, mulutnya terkunci.
“namanya Noni, Den” jawab Nadia pelan. Deden pun berlalu tanpa salam.
Noni terdiam sejenak, menunduk lalu berujar.
“makasih udah bantu Noni, tapi mendingan lain kali gak usah repot-repot salamin Noni dengan cowok manapun, maaf ya Bi, saya pulang dulu, Assalamualaikum..”
Noni berjalan gontai, perasaan kagum dia entah ke mana melayangnya, berubah menjadi perasaaan tidak suka, betapa Allah maha membolak-balikan hati, dan Noni merasa sangat malu untuk bertemu Deden lagi, rasa PD-nya menurun drastis, betapa memalukan, apa tadi dia lupa ngaca dulu dan gak nyadar kalau dia begitu jelek? Noni sangat kesal pada dirinya sendiri. Dia sangat malu.
Semangat Noni hancur lebur bagai bunga layu sebelum berkembang, perlakuan Deden membuat kepercayaan diri Noni terperosok ke titik nol. Noni makin percaya kalau wajahnya memang jelek. Noni malas ketemu sama semua orang, bahkan latihan dramanya absen terus sudah 1 minggu ini, alasan cape dan lagi sakit sering dipake Noni, ini bukan bohong tapi beneran sakit, sakit hati yang tak terkira. Seumur hidupnya baru kali itu suka dengan lawan jenis, tapi pertama kalinya itu juga dia ditolak mentah-mentah. Noni galau, dengan menunduk dia menceritakan uneg-unegnya pada sang Ayahnya tercinta, dia emang rada aneh, semua permasalahan cinta lebih enak didiskusikan dengan Ayahnya. Dengan tersenyum Ayah Noni memeluk pundaknya.
“hehehe.. jadi kesimpulannya Noni udah gak suka lagi sama Deden?”
Noni mengangguk, “Noni sadar sekarang, kalau wajah Noni bener-bener jelek, sampai ditolak seperti itu, Noni gak pantas sama Deden”
Ayah Noni tersenyum geli, “Noni gak jelek kok, cuma agak aja”
Mulut Noni makin cemberut.
Noni mengangguk, “Noni sadar sekarang, kalau wajah Noni bener-bener jelek, sampai ditolak seperti itu, Noni gak pantas sama Deden”
Ayah Noni tersenyum geli, “Noni gak jelek kok, cuma agak aja”
Mulut Noni makin cemberut.
“haha, terus Noni mau protes sama Allah karena diberi wajah jelek? Padahal ada yang lebih kurang beruntung dari Noni tapi dia masih mau bersyukur. Banyak kan yang diberi kekurangan fisik tapi dia bisa jadi hamba Allah yang paling hebat di muka bumi ini bahkan di akhirat. Kalau Deden menolak Noni karena alasan fisik, yakinlah kalau Deden bukan yang terbaik buat Noni. Allah menciptakan Noni dengan sebaik-baik bentuk. Kenapa tidak menunjukkan kelemahan Noni ini menjadi kelebihan? Ayah yakin laki-laki manapun akan suka dengan Noni”
“cesssss.” seperti ada air es mengaliri hati Noni, sujuknya nasihat dari laki-laki yang diidolakan Noni ini, senyuman Noni mengembang, endorphin menyebar ke seluruh tubuhnya dan membuat hatinya lebih hangat.
“sekarang, sana temuin anak-anak di mesjid, Nadia dan Sri khawatir tuh nanyain kamu, Do the best ya Non” ucap Ayahnya sambil mengelus kepala Noni.
“cesssss.” seperti ada air es mengaliri hati Noni, sujuknya nasihat dari laki-laki yang diidolakan Noni ini, senyuman Noni mengembang, endorphin menyebar ke seluruh tubuhnya dan membuat hatinya lebih hangat.
“sekarang, sana temuin anak-anak di mesjid, Nadia dan Sri khawatir tuh nanyain kamu, Do the best ya Non” ucap Ayahnya sambil mengelus kepala Noni.
—
Wajah Noni dilapisi bedak cair, diusapkan perlahan dan dikeringkan, matanya diberi bulatan hitam, bibirnya diberi lipstik dengan warna paling merah, dengan bentuk seringai memanjang. Noni bercermin.
“hiiih kayak kuntilanak baru lahir,” sepasang tanduk dari karton hasil kreasi Sri, bertengger manis di kepalanya, dia cekikikan, Noni berdiri menatap ujung rambut hingga ujung kakinya di depan cermin, toga pinjaman dari Pamannya yang sudah lulus sarjana, plus tongkat panjang pinjaman dari Eyangnya, menambah kesan menyeramkan, Perfecto!
Teriakan ngeri bersahutan ketika Noni ke luar dari rumah Sri yang berfungsi ganda sebagai tempat rias semua pemain drama, anak–anak TPA berlarian menjauhinya.
“setan.. setan.. awas ada setan datang!”
Sri dan Nadia tertawa terbahak-bahak.
“hiiih kayak kuntilanak baru lahir,” sepasang tanduk dari karton hasil kreasi Sri, bertengger manis di kepalanya, dia cekikikan, Noni berdiri menatap ujung rambut hingga ujung kakinya di depan cermin, toga pinjaman dari Pamannya yang sudah lulus sarjana, plus tongkat panjang pinjaman dari Eyangnya, menambah kesan menyeramkan, Perfecto!
Teriakan ngeri bersahutan ketika Noni ke luar dari rumah Sri yang berfungsi ganda sebagai tempat rias semua pemain drama, anak–anak TPA berlarian menjauhinya.
“setan.. setan.. awas ada setan datang!”
Sri dan Nadia tertawa terbahak-bahak.
“Siapa anak yang gak mau ngaji?! Akan saya makan!! hahaha” teriak Noni, membuat seorang anak kecil langsung menangis dan berlari ke arah ibunya.
“Huss! Udah Non, cepet ke balai desa, bentar lagi mau dimulai tuh!” ujar Nadia, Noni malah cekikikan, keren juga nih kostum, pikirnya.
“Huss! Udah Non, cepet ke balai desa, bentar lagi mau dimulai tuh!” ujar Nadia, Noni malah cekikikan, keren juga nih kostum, pikirnya.
Sepanjang jalan menuju balai desa, Noni jadi sorotan anak-anak, Ibu-Ibu, Bapak-bapak, bahkan para pemuda, Noni celingak-celinguk, mencari seseorang, didapatnya 2 sosok yang dicarinya, Ayah dan Ibunya, mereka semua kaget tapi kemudian ketawa melihat penampilan Noni. Setelah mohon doa dari orangtuanya Noni segera ke balai kota, di saat itulah dia melihat Deden datang dan menatapnya tak berkedip. Hati Noni berteriak dalam hati.
“haha pasti kamu kaget! Inilah Noni, Noni akan tunjukkan pada kamu betapa jeleknya Noni ini haha”
“haha pasti kamu kaget! Inilah Noni, Noni akan tunjukkan pada kamu betapa jeleknya Noni ini haha”
Setelah bergumam seperti itu hati Noni jadi ringan.
“Non, cantik juga ya kamu kalau didandanin kayak gitu, saya baru nyadar” seorang Ibu menegurnya ketika akan naik panggung.
“Masa sih bu Joko? yang bener? kalau gitu saya gak bakalan hapus deh nih make-upnya sampai kapanpun, hihi”
“Non, cantik juga ya kamu kalau didandanin kayak gitu, saya baru nyadar” seorang Ibu menegurnya ketika akan naik panggung.
“Masa sih bu Joko? yang bener? kalau gitu saya gak bakalan hapus deh nih make-upnya sampai kapanpun, hihi”
Balai desa penuh dengan warga dari 5 RT, cerita RT 3 yang akan menampilkan drama tentang Raja Setan telah cepat menyebar ke seluruh pelosok, semua orang tumpah ruah, termasuk
para pejabat desa. Noni pun melihat Deden duduk di antara tamu undangan, entah kenapa semangatnya berkobar naik, Noni ingin menunjukan bahwa tampang jeleknya bukan suatu kekurangan, tapi juga kelebihan. Drama berlangsung dengan lancar. Semua penonton dibuat ketawa, bahkan mendapat apresiasi dari pejabat desa, malah ada beberapa yang booking untuk menampilkan drama Raja Setan di pesta pernikahan anaknya.
para pejabat desa. Noni pun melihat Deden duduk di antara tamu undangan, entah kenapa semangatnya berkobar naik, Noni ingin menunjukan bahwa tampang jeleknya bukan suatu kekurangan, tapi juga kelebihan. Drama berlangsung dengan lancar. Semua penonton dibuat ketawa, bahkan mendapat apresiasi dari pejabat desa, malah ada beberapa yang booking untuk menampilkan drama Raja Setan di pesta pernikahan anaknya.
—
Berita kesuksesan drama Raja Setan menyebar luas seperti asap kebakaran hutan, nama Noni terkenal dari kalangan kepala kampung hingga tukang becak di perempatan. Setiap Noni melintasi kerumunan, mereka bisik-bisik, wajah mereka memancarkan rasa takjub dan menurut Noni plus ketakutan. Perasaan Noni jadi gak enak, apa wajahnya yang semakin cantik, atau malah gambaran Raja Setan masih melekat di mukanya?
Siang itu Noni melihat Nadia dan Sri berlari tergopoh-gopoh ke arahnya, mereka seketika merangkul Noni dengan wajah sumringah.
“pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya seuntai kata tersirat dalam ini surat” puisi Sri berhamburan ke luar seraya menyerahkan sepucuk kertas.
“cieh cieh dari siapa nih?” tanya Nadia.
“pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya seuntai kata tersirat dalam ini surat” puisi Sri berhamburan ke luar seraya menyerahkan sepucuk kertas.
“cieh cieh dari siapa nih?” tanya Nadia.
Hati Noni jumpalitan gak enak, dia merasa tidak percaya jika kesuksesan Raja Setan sampai menghipnotis hati Deden hingga luluh lantak seperti ini. Noni pun mengambil surat berwarna biru muda bergambar tawon beterbangan itu, dengan agak gemetar dia membalikan suratnya dan membaca tulisan sang pengirim:
From Ivan
With love
Weleh?!!
From Ivan
With love
Weleh?!!
The End
Cerpen Karangan: Maria Ulfa
Facebook: Ami Tuwo
Nama asli: Listia Nurjanah
ALamat: Batam, Kepulauan Riau
Facebook: Ami Tuwo
Nama asli: Listia Nurjanah
ALamat: Batam, Kepulauan Riau